Sabtu, 21 November 2009

Membuat Foto Dengan Efek Dual Colour Max

0 komentar
Create By : Fitri N.M

Efek foto artistik kali ini adalah mengedit foto dual colors max yaitu foto hitam putih yang di mix dengan foto berwarna sehingga terjadi perpaduan yang artistic



Langkah-langkahnya :

1.Siapakan Gambar yang akan diedit



2. Ubah Foreground menjadi hitam dan Background menjadi putih
lalu klik Edit in Quick Mask Mode



3.Pilih Brush Tool



4.Lalu Warnai Tubuh menjadi seperti gambar di bawah ini :



5.Sekarang ubah Edit in Standart Mode



6.Dan tinggal Finishing Touch (penyelesaian)
Yup... Tekan Shift + Ctrl + U (bersama-sama)
Dan Hasilnya adalah :




Read More......

Membuat Bermacam-Macam Warna Rambut

0 komentar
Create By : Fitri N.M.

Tutorial kali ini kita akan mencoba editing pada warna rambut.. kita dapat mengganti warna rambut sesuai dengan suasana hati





Langkah-Langkahnya :

1.Siapkan gambar yang akan diedit



2. Seleksi bagian rambut pada gambar menggunakan Polygonal Lasso Tool



3. Klik pada Menu SELECT > FEATHER (isi Feather Radius : 10 px ) OK



4. Klik Menu IMAGE > ADJUSTMENTS > VARIATIONS



Kamu tinggal klik pada salah satu warna atau lebih untuk mendapatkan warna yang sesuai…klik ORIGINAL untuk mengembalikan pada warna asli gambar….

5.Hasilnya :



Read More......

Membuat Efek Sensor Pada Gambar

0 komentar
Create By : Fitri N.M.

Tutorial Photoshop kali ini akan membahas mengeni membuat efek sensor pada bagian tertentu??? Oke, kali ini kita akan membuat salah satu foto dengan effect sensor....




Langkah – langkahnya :

1.Siapkan gambar yang akan di berikan efek sensor



2.Pada Toolbox sebelah kiri kamu cari icon dengan gambar persegi/ lingkaran dengan garis putus-putus, untuk lebih jelasnya kalian bisa lihat gambar yang saya blok merah.

<===== ini adalah toolbox
Kalian [klik kanan] icon yang saya blok kuning dan pilih "Rectangular Marquee Tool"

3.Setelah melakukan langkah di atas maka langsung saja kamu letakkan pointer pada bagian yang ingin disensor dengan menahan [klik kanan] hingga terbentuk persegi dengan garis terputus-putus
contoh:



(terdapat garis putus-putus di daerah sekitar kaki)

4.Setelah terseleksi dengan "Rectangular Marquee Tool" maka kita tinggal memberikan effect

Caranya: Pada Menu Utama (Main Menu) klik Filter - Pixelate – Mozaic , lalu atur Cell Size untuk menentukan besarnya kotak sensor, semakin besar angka yang dimasukkan maka kotak-kotak sensor yang akan dihasilkan akan semakin besar.



5. Setelah itu simpan (save)



Read More......

Membuat Efek Butiran Air- Membasahi Foto

0 komentar
Create By : Fitri N.M

Langkah-langkahnya:

1. Buka Gambar yang akan diedit dengan photoshop
Bisa foto kamu atau pemandangan alam, atau barangkali belum punya gambar untuk diedit? silahkan mencari di search engine, disini saya menggunakan gambar air terjun





2.buat lingkaran dengan Elipse Tool
catatan: foreground dan background harus putih





3..Selelah itu klik kanan dan pilih Rasterize Layer...




4.Waktunya memberi efek...



5.Menu - Layer - Layer Style - Blending Options...
Centang Drop Shadow dan Inner Shadow





5.Lalu pada pallete - ubah ke mode Multiply





Read More......

Membuat Efek Kuno pada Foto

0 komentar



Create By : Fitri N.M.

Foto jaman sekarang diubah ke model foto jaman dulu? Mana bisa? tenang, coba dulu tutorial Adobe Photoshop ini dijamin foto kamu yang full colour bisa jadi foto hasil jepretan masa lampau...


Langkah - Langkahnya:
1.Siapkan gambar yang ingin di edit



2.Buka gambar hasil dowload dengan program photoshop, setelah itu kita ubah gambar ke mode hitam putih...

Caranya: Menu Utama pilih Image - Adjustment - Desarture
Hasilnya



3.Setelah itu kita beri effek Film Grain
Caranya: Menu Utama pilih Filter - Filter Gallery - Film Grain
Setting:



Maka Hasilnya




Texture Gambar menjadi agak kasar

4. Sekarang tinggal sentuhan terakhir yaitu menjadikannya terkesan KUNO
Caranya: Menu Utama pilih Image - Adjustment - Hue/Saturation
Setting:



5.Dan.............

Dari hasil Tutorial disini akan didapat
Hasilnya:




Read More......

Kamis, 19 November 2009

Galaksi bimasakti akan bertabrakan

0 komentar




Galaksi Bimasakti terancam di Tabrak Awan Raksasa, Gumpalan awan raksasa yang mengandung gas hidrogen dalam volume yang sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi Bimasakti,tempat tata surya kita bernaung.



Tabrakan dahsyat yang diperkirakan terjadi antara 20-40 juta tahun lagi akan menghasilkan kembang api raksasa yang spektakuler sekaligus memusnahkan segala bentuk-bentuk kehidupan.

Objek tersebut diberi nama Awan Smith, diambil dari nama GailSmith, seorang astronom AS yang mendeteksinya pertama kali pada tahun 1963 saat meneliti di Universitas Leiden, Belanda.

Sejak ditemukan, para astronom masih berdebat apakah awan tersebut benar-benar mendekati galaksi Bimasakti atau menjauhinya. Rekaman data yang ada selama ini masih terbatas dan tidak jelas apakah objek tersebut bagian dari kabut Bimasakti atau masih bergerak ke arahnya.

Sejauh ini, para peneliti hanya mendeteksi gas dan tidak ada satupun bintang di dalamnya. Satu-satunya cara melihtanya adalah dengan teleskop radio karena gas dingin tidak memancarkan cahaya, tetapi memantulkan gelombang radio.
Jika dilihat dari Bumi, lebar gumpalan awan tersebut sebanding dengan 30 kali lebar Bulan.

Dari kepala ke ujung ekornya cukup untuk menyelimuti rasi bintang Orion. Hasil pengamatan baru menggunakan teleskop radio terkendali paling besar di dunia, Teleskop Green Bank (GBT) di Virginia Barat, AS,menunjukkan bahwa objek tersebut bergerak ke arah galaksi Bimasakti.

Bahkan seperti dilaporkan gabungan tim astronom dari Observatorium Astronomi Radio Nasional AS (NRAO) dan Universitas Winconsin Whitewater dalam pertemuan Masyarakat Astronomi Amerika ke-211 di Austin, Texas baru-baru ini, gaya dorongnya telah menyentuh kabut Bimasakti.

Jika tabrakan terjadi, hal tersebut akan memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Akan banyak bintang raksasa yang terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova yang memancarkan cahaya menyilaukan

Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa gas hidrogen yang cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari. Awan Smith merupakan gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000 tahun cahaya dan lebar 2.500 tahun cahaya.

Objek tersebut saat ini berada 40.000 tahun cahaya dari Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti.Objek yang pantas disebut kabut monster di ruang kosmos ini bergerak dengan kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan menabrak piringan galaksi Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat.

Tabrakan akan terjadi di pinggir piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan jarak tata surya kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya kita, diperkirakan berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan.

Kami tidak tahu dari mana asalnya, apalagi orbitnya membingungkan, namun kami katakan bahwa ia mulai berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti


Read More......

Galaksi Baru

0 komentar



INILAH.COM, Jakarta- Untuk pertama kalinya, dunia baru telah ditemukan di luar galaksi kita, menurut para astronom.

Ilmuwan telah menemukan exoplanets di dalam Bima Sakti, dan kini jumlahnya telah mencapai 403 katalog sejak pertama kali ditemukan pada 1995. Yang terjauh letaknya berada sekitar 20.000 tahun cahaya.



Tapi Erin Mentuch dari Universitas Toronto, Kanada, membuat penemuan yang menelisik lebih jauh ke dalam luar angkasa.

Bintang-bintang telah meledak secara tidak beraturan dalam Bima Sakti kita sendiri, di Nebula Carina. Sekarang para ilmuwan telah menemukan bukti dari bintang-bintang baru yang membentuk sistem tata surya berjarak miliaran tahun cahaya

Mentuch menganalisi 88 galaksi terpencil menggunakan data dari Gemini Deep Survey. Cahaya itu dipancarkan ketika alam semesta berada sekitar tujuh sampai 10 miliar tahun lalu.

Galaksi terlalu terpencil untuk melihat sebuah bintang secara utuh, tetapi output cahayanya ditemukan pada dua puncak panjang gelombang yang berbeda.

Gelombang pendek kombinasi dari cahaya bintang galaksi, sementara yang lebih panjang berasal dari debu antarbintang yang menyala-nyala.

Namun, mahasiswi doktoral tersebut melihat adanya komponen ketiga yang samar diantara puncak. Cahaya misterius ini terlalu dingin untuk menghasilkan bintang-bintang, tapi terlalu hangat untuk menjadi debu.

Mentuch menyimpulkan itu kemungkinan besar disebabkan oleh cakram circumstellar yang merupakan pusaran awan debu dan gas, yang membentuk sistem tenaga surya baru di bintang yang baru terbentuk.

"Ini hasil yang paling mengejutkan yang pernah saya kerjakan," ujar pembimbing doktoral Mentuch, Roberto Abraham, yang juga bekerja sama dalam proyek ini.

Penemuan dapat menunjukkan bagaimana perubahan tingkat pembentukan planet

selama miliaran tahun dan sebagai dunia baru di luar tata surya bumi.


Read More......

Menyusuri Indahnya Cincin Saturnus

0 komentar



Salah satu pemandangan paling indah dalam tata surya kita mungkin adalah pemandangan planet Saturnus dengan cincinnya. Dengan teleskop kecilpun, cincin planet gas ini dapat kita amati dari Bumi. Namun begitu, Saturnus bukanlah satu-satunya planet yang memiliki cincin dalam tata surya kita. Planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus ternyata juga memiliki cincin. Namun tidak seperti cincin planet Saturnus, cincin-cincin planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus tidak dapat diamati dengan mudah dari Bumi. Akibatnya, keberadaa cincin-cincin Jupiter, Uranus, dan Neptunus baru diketahui pada abad ke-20.



Keberadaan cincin Saturnus sebenarnya pertama kali telah diamati oleh Galileo pada tahun 1610. Namun saat itu, Galileo tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang ia amati, karena keterbatasan resolusi dan kualitas lensa teleskop yang digunakannya. Dengan teleskop sederhananya itu, Galielo mengamati adanya “pendamping” Saturnus yang selalu berada di samping planet tsb. Galileo lantas menyebut Saturnus sebagai planet kembar tiga, yang hampir bersinggungan, dan yang berada di tengah ukurannya sekitar tiga kali lebih besar dibandingkan yang lainnya. Konfigurasi seperti ini tidak berubah sepanjang pengamatannya.

Ketika ia kembali mengamati planet Saturnus dua tahun kemudian, kedua “pendamping” Saturnus yang dua tahun sebelumnya selalu berada disamping Saturnus, tidak kelihatan lagi. Saturnus kelihatan hanya sebagai sebuah piringan sebagaimana penampakan Jupiter. Kemudian ketika ia mengamati Saturnus tahun 1616, kedua “pendamping” Saturnus tsb kembali dapat diamati, hanya saja penampakannya berbeda dengan penampakan ketika ia pertama kali mengamati kedua pendamping Saturnus tsb tahun 1610. Hal ini sempat membingungkan Galileo. Ia menuliskan bahwa pengetahuannya saat itu tidak bisa menjelaskan fenomena tsb. Galileo sendiri menyebutkan “pendamping” Saturnus itu sebagai “ansae”, yaitu pegangan pada cangkir (telinga cangkir).

Pengamatan oleh astronom lainnya setelah pengamatan pertama Galileo, memberikan berbagai bentuk sketsa Saturnus dan “pendampingnya”. Tentang apa dan bagaimana sebenarnya ansae (mengambil istilah Galileo) tsb, tidak ada penjelasan yang memuaskan.

Penjelasan yang memuaskan tentang apa dan bagaimana ansae, baru ada tahun 1656. Adalah Christiaan Huygen, seorang astronom Belanda, yang mengeluarkan teori bahwa apa yang selama ini disebut ansae oleh Galileo adalah sebuah sistem cincin atau piringan yang mengelilingi Saturnus dekat ekuatornya. Dan bahwa penampakannya yang berubah-ubah sepanjang waktu disebabkan oleh kemiringan sumbu rotasi Saturnus terhadap bidang edarnya. Akibatnya, perubahan posisi Saturnus (relatif terhadap pengamat di Bumi) menyebabkan perubahan penampakan sistem cincin tsb. Meskipun detail teori dari Huygen ini banyak yang salah, tapi ide dasarnya bisa menjelaskan apa yang disebut ansae oleh Gaileo, dan mengapa penampakannya berubah dari masa ke masa. Dan penjelasan dari Huygen dengan cepat diterima oleh berbagai pihak.

Pengetahuan kita tentang cincin Saturnus ini semakin banyak dengan semakin banyaknya pengamatan dan teori-teori baru tentang bagaimana cincin Saturnus. Jean Chapelain pada tahun 1660 mengajukan ide bahwa cincin Saturnus bukanlah benda padat, tetapi merupakan kumpulan partikel-partikel yang secara bersama-sama mengelilingi Saturnus. Keberadaan sebuah celah yang memisahkan cincin Saturnus menjadi dua bagian, diamati oleh Jean-Dominique Cassini pada tahun 1676. Celah yang memisahkan bagian cincin yang lebih terang dengan yang lebih redup ini kemudian dikenal dengan nama Celah Cassini. Dengan penemuan Celah Cassini ini, ide bahwa cincin Saturnus merupakan kumpulan partikel yang bersama-sama mengelilingi Saturnus, mendapat dukungan luas. Dan akhirnya teori tentang cincin yang terdiri dari kumpulan partikel dan penjelasan bagaiman sistem seperti itu bisa ada, dikemukan oleh James Clerk Maxwell tahun 1857. Pengamatan-pengamatan berikutnya oleh berbagai astronom mendukung teori Maxwell ini. Bahkan dari pengamatan E. E. Barnard diketahui celah Cassinipun ternyata tidak kosong sama sekali.

Cincin Saturnus terdiri dari partikel berbagai ukuran. Mulai dari ukuran sebesar debu yang biasa kita temui di rumah-rumah, sampai sebesar truk. Kesemuanya bercampur membentuk sistem cincin. Partikel-partikel pembentuk cincin Saturnus ini diselimuti oleh es dan karenanyalah cincin ini mampu memantulkan sebagian besar cahaya yang diterimanya dari Matahari. Karena itu, cincin planet Saturnus kelihatan terang, berbeda dengan cincin planet raksasa gas lainnya.

Sistem cincin Saturnus merentang lebih dari 40.000 km. Sistem cincin ini amat tipis dibandingkan dengan lebarnya, hanya dalam orde puluhan meter. Sebagai ilustrasi, cincin Saturnus ibarat kertas tisu yang selebar lapangan sepak bola. Sebab mengapa cincin Saturnus bisa amat lebar dan sekaligus amat tipis, adalah karena gaya-gaya yang berkerja dalam cincin. Partikel-partikel penyusun cincin bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Semakin dekat partikel-partikel ini dengan planet Saturnus, kecepatan orbitnya semakin besar. Partikel-partikel ini saling mempengaruhi lewat tumbukan, dan dalam prosesnya, terjadi kehilangan energi. Akibatnya terjadi redistribusi momentum sudut yang menyebabkan partikel yang lebih dekat ke Saturnus akan semakin mendekat, sedangkan yang lebih jauh akan semakin menjauh. Dengan kata lain, terjadi proses pemipihan. Apapun bentuk awal sistem cincin, ia akan segera memipih dengan cepat.




Salah satu loncatan pengetahuan kita tentang cincin Saturnus terjadi pada era penjelajahan angkasa, ketika wahana luar angkasa mengamati Saturnus dari jarak dekat. Wahana yang mempelajari Saturnus dari jarak dekat adalah Pioneer 11, dan wahana kembar Voyager 1 dan Voyager 2. Dengan pengamatan dari jarak dekat ini, berbagai hal tentang cincin Saturnus bisa dikonfirmasi. Dan pengetahuan kita tentang cincin ini semakin banyak bertambah setelah sempat mandeg beberapa lama. Tapi dengan banyaknya hal-hal baru yang kita ketahui lewat wahana-wahana tsb, semakin banyak juga misteri baru timbul sehingga menambah menarik pembicaraan tentang cincin ini.

Pada tahun 2004, wahana Cassini tiba di Saturnus dan memulai petualangan 4 tahun mengorbit Saturnus. Salah satu misi yang diemban oleh Cassini adalah mempelajari cincin Saturnus. Berkaitan dengan misinya mempelajari cincin Saturnus, Cassini akan mempelajari konfigurasi dan dinamika cincin, mempelajari lebih detail partikel-partikel penyusun cincin dan interaksinya dengan satelit-satelit Saturnus.

Awal tahun 2008, kita dikejutkan dengan hasil perjalanan Cassini yang menemukan adanya gap dalam sup partikel energi tinggi di dekat orbit dua buah satelit kecil Saturnus. Penemuan ini mengindikasikan keberadaan “cincin sebagian” yang mengelilingi Saturnus. Yang menarik, cincin tersebut belum diketahui, bahkan tidak terlihat oleh Cassini. Penemuan ini menunjukan kalau materi yang membentuk cincin Saturnus tidak hanya berasal dari satelit-satelit besar di Saturnus tapi juga dikontribusikan oleh satelit-satelit kecil. Di masa depan, kita harapkan semakin banyak hal tentang cincin Saturnus ini akan terungkap.

sumber : http://www.kaskus.us



Read More......

Followers